Kamis, 18 Maret 2010

ganjel untuk mengganjel

Matahari congak mengambang di hamparan langit luas, memamerkan tubuh besar dan wajahnya yang kuning, menatap bumi tak peduli, tak acuh dengan keadaan jalanan yang penuh sesak dengan kendaraan dan asap kenalpot yang menusuk - menusuk hidung hingga paru - paru, terus menyengat dengan cahayanyayang silau, panas, seakan membakar ubun - ubun.

Sementara itu, dipinggir jalan, beberapa orang ber-helm dan berkaca mata hitam dengan seragam coklat yang sama, mengatur iring - iringan kendaraan yang tiap hari bertambah volumenya. melaju beraturan, berdempetan melindas badan jalan tanjakan - tanjakan nagreg yang sudah ujur. hendak kemana mereka? kenapa mereka ? berbondong - bondong berpergian pada waktu yang hampir bersamaan ? apakah mereka pergi ke tempat tujuan yang sama ?


Hari lebaran, hari raya paling akbar bagi umat islam. hari yang paling ditunggu - tunggu oleh umat islam, khusus di tanah air Indonesia.

Hari ini H + 3 lebaran. tentu saja mereka berbondong - bondong berpergian, kembali ke tempat mereka mengadu nasib setelah bertemu orang tua, saling bermaaf - maafan dengan sanak saudara, tak peduli walaupun harus menghabiskan waktu berjam - jam.

Di sudut jalan, pedagang asongan, pengemis dan pengamen bertengger, memerankan peran mereka sebagai pengais rejeki dadakan. rumah makan - rumah makan pun tak luput dari pengunjung, pemudik yang hanya sekedar melepas lelah atau pun yang ingin berwisata kuliner menyerbu tanpa ampun, melahap makanan yang mereka pilih dari menu makanan di meja masing - masing.

Di sudut jalan lain jalur cagak nagrek, anak - anak berkerumun, menenteng balok - balok kayu besar dengan pegangan kayu pula sepanjang 20 cm. mereka akrab di panggil tukang ganjel. Gunawan, salah satu diantara mereka yang masih duduk dikelas tiga SMP Negri di Nagrek.

Gunawan tak gentar oleh matahari congak itu, tak limbung oleh hembusan angin, meski peluh membanjiri sluruh tubuhnya, meski debu merangsek masuk, mengotori matanya. dia tetap menawarkan jasa ganjel pada para pemudik, mengais rejeki demi membantu perekonomian keluarga yang hanya ditopang pekerjaan buruh tani ayah - ibunya.

Jalur cagak menjadi pilihan gunawan untuk menawarkan jasa ganjel nya itu, karena memang tanjakan disana kerap menjadi pusat macet di jalur selatan, nagrek, jawa barat. dengan berpegangan pada pintu mobil, gunawan mengikuti mobil pelanggannya, untuk kemudian mengganjel ban mobil pelanggannya itu agar mobil tidak menggelinding ke belakang.

Dari 60-100 kendaran /menit yang menginjak - menginjak tanjakan nagrek, gunawan hanya mampu melayani dua sampai tiga mobil saja tiap harinya, dengan pendapatan 15 sampai 20 ribu. seandainya rejeki sedang bagus, gunawan bisa melayani empat sampai lima mobil /-hari dengan pendapat 30 sampai 40 ribu.

Harga tersebut mungkin tidak sebanding dengan risiko yang harus di hadapi gunawan. tetapi gunawan yang semestinya hanya berkonsentrasi saja pada sekolahnya merasa sangat senang dengan jerih payahnya itu.

Bumi berputar pada porosnya, kini langit kembali menumpahkan malamnya. kendati tanjakan nagrek tetap belum surut dengan hingar bingar mesin mobil dan kerlap - kerlip lampunya, tetapi gunawan harus pulang. lelah telah melanda gunawan, mendorong gunawan untuk beristirahat, memasrahkan diri pada ranjang tidurny, meminta perlindungan pada selimut dari dingin yang menusuk- nusuk tulang. esok gunawan harus memerankan perannya sebagai tukang ganjel sampai musim mudik berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar